Oleh : UIS (Uung Ibnu Shobari)
Co-Founder The Assembly of Madeenah International Consortium (AMIC)
Kita tunda dulu bincang perhelatan politik praktis di Provinsi Banten dan sejenak fokus terhadap apa sebenarnya yang tengah dan telah terjadi selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir Banten di Mata Dunia Islam Internasional.
Pandangan Banten di mata Islam Internasional bukan karena juga telah diresmikannya BIS (Banten Internasional Stadium), lebih dari itu nama Banten telah mendunia sebelum bangsa Indonesia ini merdeka. Catat !. Justru banyak hal yang telah menjadi mercusuar dan icon Banten. Lebih-lebih dari sejumlah 135 kitab maha karya Syeikh Nawawi Al-Banteni (versi catatan kitab cetakan Darunnajah, red.) dan bahwa mungkin lebih banyak lagi dari versi kitab lainnya. Ini menandakan, bahwa bumi Banten yang kental dengan kejawaraan dan keulamaannya telah mewujud kuat terpatri sejak Kesultanan Banten menjadi penakluk para penjajah asing. Dalam catatan dokumen Banten tahun 30-an berbahasa Belanda kuno yang saat itu Penulis sejenak mampir ke Perpustakaan Daerah Provinsi Banten ratusan buku mengungkap banyak tentang Banten di Mata Dunia Internasional.
Korelasi 5 (lima) tahun kepemimpinan WH-AH (Wahidin Halim – Andika Hazrumy, red.) dengan tulisan opini yang dimuat oleh salah satu media network AMIC ini, yaitu Banten International Sharing Access – BISA tentu secara perlahan telah banyak catatan bersejarah di bumi Banten atas pencapaian 5 (lima) tahun ke belakang. Betapa tidak, respon beberapa rekanan Warga Negara Asing (WNA) yang jelas sudah pernah ke Banten, keliling Banten dan memberikan support program di Banten khususnya yang dikenal oleh Penulis bukan katanya dan sekedar mencatat point tanggapan mereka, sebagian sangat mengagumi atas kepemimpinan politis 5 (lima) tahun terakhir.
Jangan salah bahwa lolotan publik terhadap Banten, khususnya sisi nilai-nilai kehidupan dan kharismatik kearifan lokal jangan tidak percaya bahwa sejak lama negeri Banten telah menjadi perhitungan dunia Internasional. Betapa tidak, dengan tidak kurang dari dua dekade sejak 5 Oktober 2000 Provinsi Banten ajeg berdiri dalam masa transisi pascareformasi 1998 dengan super cepat 2 (dua) tahun berikutnya oleh para Punggawa Banten telah membuktikan kemandiriannya dengan berani melangkah memisahkan dari Jawa Barat saat itu. Pertanyaanya, lalu bagaimana 16 tahun sebelumnya dalam kurun waktu 2000 – 2016 Banten di mata dunia Internasional ? Tahapan jawabannya akan dikupas secara perlahan pada sesi tulisan lainnya oleh Penulis dengan tempo waktu yang pasti akan menyita banyak perhatian publik, karena menyangkut hiruk pikuk dan basis-basis ke-Islamannya yang jelas menyeret data otentik tentang Banten yang sesungguhnya.
Kata Banten di mata Internasional sangat mengganggu pola pikir kita sebagai orang awam, mengapa ? Suka tidak suka, di usianya yang baru akan mendekati seperempat abad ini bahwa bumi Banten telah terpatri lama dengan lahirnya pergerakan-pergerkan dakwah yang terus membumi sejak tahun 1912 lahir Masyariqul Anwar Caringin, 1916 lahir Mathlaul Anwar Menes, lalu disusul sebagai cikal bakalnya di tahun 1924 lahir Muhamadiyah dan Nahdhatul Ulama 2 (dua) tahun berikutnya yaitu 1926 yang saat itu dibuka juga MD dan NU di bumi Banten serta banyak lagi pergerakan yang lahir sejalannya waktu seperti Al-Khairiyah Cilegon dan lainnya. Apalagi jika kita bongkar lagi catatan mahakarya Syeikh Nawawi Al-Bantany dengan seabrek kitab-kitabnya yang mendunia dengan laqob tetap menggunakan juga lafal Al-Jawy, pertanda bahwa karakter orang Banten yang kerap kali agak kekeh metekeh dengan prinsip dasar ke-Islamannya telah menunjukan nilai-nilai Universal dan Rahmatan Lil ‘Alameen.
Catatan kecil ini merefleksikan setiap bulan Oktober yang kini sudah melalui kita bersama, terkadang menggelitik untuk sampai kembali tiba nanti di Oktober 2023, apalagi yang telah kita perbuat untuk Banten bumi tercinta ini?. Hiruk pikuk isu politik lokal mulai menggelembung dan mulai menitipkan polling-polling titipan dan atau apapun hasilnya, seolah telah lupa apa yang telah dilakukan oleh para Pendahulu Banten sebagai provinsi yang dikenal sebagai Serambi Madinah Al-Munawaroh, setidaknya yang dikedepankan adalah apa prestasi setahun-setahunnya? Apa yang telah kita titipkan terhadap persiapan generasi emas nanti di tahun 2045? Rentang waktu tahun 2022 ke 2045 hanya tinggal menghitung dua dekade lebih sedikit, maka Provinsi Banten nanti genap berusia 45 (empat puluh lima tahun) telah mendekati setengah abad.
Bismillaah, satu langkah konkrit yang juga harus dilakukan oleh para generasi tamaddun (berperadaban-berkemajuan) tiada lain dengan terus berkaca terhadap nilai-nilai perjuangan para karuhun pejuang Banten, agar tidak terlalu menengadah ke atas dan lupa merunduk ke bawah bahwa gerbang perubahan terhadap generasi tamaddun dan yang akan mengangkat derajat Banten tiada lain adalah Religiusitas, Pendidikan, Dakwah dan Ekonomi-Kemasyarakatan dengan balutan Politik yang Islami.
Kajian konten saat ini agak sarat dengan nilai-nilai politis, guna memberikan keseimbangan bahwa Islam hadir dengan balutan nilai-nilai politis yang kental dengan pemikiran politik Islam berdasarkan kajian ilmiah maupun hasil riset empiris konon bahwa Banten dikenal dengan wilayah yang paling berani membuat mata uang sendiri, dikenal memiliki Pelabuhan Internasional ternama serta jelas telah memiliki akses kemajemukan lintas agama sejak kolonial penjajah hingga didapatkan juga peninggalan bukti-bukti historis yang selalu bergandengan tangan dengan etnis China, Portugis dan negara lainnya yang beruyunan membangun Banten dengan basis kesultanan, keresidenan Islami dan berkeberagaman masyarakat.
Pendewasaan pemikiran politik lokal di Banten khususnya, memang telah terbukti ada niat sejak tahun 1953 ingin mandiri dari Jawa Barat, dengan rentang perjalanan waktu kurang lebih 47 (empat puluh tujuh) tahun akhirnya Banten resmi menjadi sebuah provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak tahun 2000, dibentuk melalui Undang-undang nomor 23 tahun 2000. Kacamata perjuangan masyarakat Banten hampir setengah abad berjuang ingin mandiri, ini pertanda ada terobosan kembali dari para generasi 50 tahun ke belakang mereka kembali menjadi para pejuang seperti para pendahulunya, maka generasi 50 tahun yang akan datang sepatutnya wajib merawat khazanah kebaikan ini dan mampu mempertahankan Banten di mata Internasional sebagai wujud nyata keberhasilan generasi ke generasi. Wallaahu A’lamu Bissowwab.